/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Selasa, 16 Juni 2015

Asal usul sidang isbat di indonesia

Setiap tahun perbedaan awal Ramadan selalu menjadi topik pembicaraan. Beda penggunaan metode penentuan menjadi salah satu sebab berbedanya keputusan yang dihasilkan. Ada yang menggunakan metode hisab, ada pula yang menggunakan metode rukyatul hilal.

Kedua metode tersebut sangat penting untuk menentukan awal Ramadan, awal Idul Fitri maupun Idul Adha. Penentuan awal ibadah umat muslim itu beberapa tahun terakhir selalu diwarnai perbedaan. Tapi tahun ini menjadi tahun yang cukup baik karena penentuan awal Ramadan dengan hisab maupun rukyatul hilal menemui kesamaan, yakni Ramadan jatuh pada 18 Juni 2015.

Muhyiddin Khazin, ahli ilmu falaq Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga menuturkan bahwa perbedaan penentuan awal Ramadan sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu. Tapi menurut Muhyiddin, perbedaan itu tak setajam dahulu.

"Dulu pun sudah ada, tapi tidak setajam sekarang ini karena keputusan itu untuk dipakai kalangannya sendiri. Sementara yang mencuat ke publik adalah pengumuman yang diperuntukkan umum," kata Muhyiddin saat berbincang dengan brilio.net, Selasa (17/6).

Karena terjadi perbedaan yang semakin tajam, maka dibentuklah Badan Hisab Rukyat untuk menaungi sidang isbat. Badan tersebut terbentuk sekitar tahun 1970-an. Menurut Muhyiddin, pengadaan sidang isbat dilakukan untuk mendapatkan kelegalan keputusan dari pemerintah untuk warga Indonesia.

"Di Indonesia kan ada banyak kelompok. Agar mendapatkan satu suara bulat dan keputusan pemerintah itu legal ya diadakan sidang isbat," terang Muhyiddin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar